Senin, 05 Desember 2011

Kesalahan Berpuasa

Puasa adalah suatu perintah dari Allah SWT untuk menahan hawa nafsu selama 1 hari penuh, dimulai sejak waktu subuh hingga maghrib tiba. Mungkin pembaca bingung, mengapa saya menulis artikel ini, padahal puasa itu perintah dari Allah, mana mungkin salah, mengapa malah disalahkan? Sebelumnya saya ingin memperjelas lagi bahwa artikel ini berisi tentang “kesalahan berpuasa” bukan “kesalahan puasa,” jadi bukan perintah puasanya yang disalahkan, namun cara kita berpuasa. Apa saja kesalahan itu? Mari kita simak bersama-sama.

Kesalahan pertama, salah tafsir. Semua umat muslim tahu bahwa arti puasa adalah untuk menahan hawa nafsu selama 1 hari penuh. Namun pada prakteknya, banyak umat muslim yang berpuasa hanya menahan “nafsu makan,” itupun tidak benar-benar ditahan karena ketika waktu berbuka tiba, kita tiba-tiba berubah menjadi “rakus.” Apapun dan sebanyak apapun makanan dan minuman di meja maka, semuanya dilahap habis. Disamping itu, nafsu yang lain kadang lupa untuk dijaga, misal nafsu untuk mengumpat, berpikiran kotor, gosip, dan lain sebagainya.

Kesalahan kedua, riya’. Nabi mengajarkan kita untuk tidak pernah pamer dalam menjalani ibadah, namun tanpa kita sadari, tidak jarang kita melakukan memamerkan ibadah yang kita lakukan. Misalkan ketika berpuasa, sorenya kita menulis di status fb, di twitter, atau di jejaring sosial lain perihal puasa kita hari ini, menulis tentang kegiatan makan sahur kita. Atau kita menuliskan tentang menu berbuka puasa kita hari ini. Menurut kita sih, yang kita lakukan gak salah karena kita hanya menuliskan apa yang ada di benak kita. Kita gak berniat untuk pamer, namun secara tidak langsung melalui status yang kita tulis, kita memberitahukan pada khalayak umum bahwa “saya puasa lho hari ini.” Bila sudah begini, apakah kita masih bisa berharap ibadah kita diterima oleh-Nya?

Kesalahan ketiga, memaksa orang lain menghormati kita. Ketika bulan Ramadhan tiba, banyak warung atau rumah makan yang diminta untuk tutup di siang hari. Umat lain yang ingin makan, dipaksa untuk sembunyi-sembunyi. Sebenarnya untuk apa kita memaksa mereka menghormati kita? Sampai-sampai ada sekelompok oknum yang melakukan perbuatan anarki dengan menghancurkan warung yang buka di siang hari atau menghajar orang yang makan di siang hari. Bukankah perbuatan anarki hanya akan membatalkan puasa kita? Padahal negara kita bukan negara muslim, walaupun mayoritas muslim namun tak semuanya beragama Islam. Bahkan tak jarang yang mengaku Islam, ternyata tak lebih dari sekedar tulisan di tanda pengenal. Lagipula untuk apa kita memaksa mereka menghormati kita? Bukankah ada kata-kata bijak “hormatilah orang lain bila kita ingin dihormati,” jadi tak perlulah pemerintah memaksa warung-warung untuk tutup di bulan Ramadhan. Kasihan pedagang yang mencari makan dari berjualan di warung, atau menjadi pedagang kaki lima. Apa mereka harus kehilangan penghasilan selama 1 bulan?

Suatu hari, saya pernah menawarkan makanan pada teman yang non muslim. Dia menolak makana yang saya tawarkan. Ternyata dia dan umat sesamanya tengah berpuasa hari itu. Tak ada seorangpun yang tahu, karena mereka tidak pernah mengumbar hal itu. Merekapun tak pernah melarang orang lain untuk makan di hadapan mereka. Lalu mengapa kita tidak bisa seperti mereka? Mengapa kita harus mengumbar ibadah kita? Semoga tulisan ini bisa mengingatkan kita untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, dan semoga ibadah kita dapat diterima Allah SWT, amin ya Rabbal alamin.